Pengikut

Rabu, 23 Maret 2011

about rabies


Rabies adalah penyakit infeksi virus akut pada susunan saraf pusat pada manusia dan mamalia yang selalu fatal, ditularkan langsung kepada manusia dari hewan yang terinfeksi melalui gigitan atau kulit yang terluka atau mukosa yang terpapar dengan air liur hewan itu. Penyakit ini tergolong Zoonosis yang di sebabkan oleh Lyssa – virus (virus rabies). Hewan penular yang sering adalah anjing (90%) sehingga di Indonesia di sebut juga penyakit Anjing Gila. Hewan lain yang bisa menularkan rabies adalah kucing, kera,racoon dan kelelawar. Di seluruh dunia penyakit ini menyebabnya lebih dari 30.000 orang meninggal per tahun.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, rabies pada hewan sudah ditemukan sejak 1884 dan kasus rabies pada manusia pertama kali ditemukan pada tahun 1894 di Jawa Barat. Kemudian rabies mulai menyebar ke provinsi lain di Indonesia. Hingga 2009 kasus rabies telah tersebar di 24 propinsi dengan jumlah kasus gigitan hewan penular rabies dan kasus kematian rabies (Lyssa) cukup tinggi, sampai sekarang belum di temukan obat atau cara pengobatan untuk penderita rabies baik pada manusia maupun hewan.

Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Lampung dan Sumatera Barat merupakan daerah endemik tinggi. Hanya 9 provinsi yang masih di nyatakan sebagai daerah bebas rabies yaitu provinsi Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat.

Pada tahun 1960, Prof. A.A. Ressang, mantan Guru Besar Kesehatan Masyarakat Veteriner UI (sekarang IPB), mengungkapkan bahwa rabies adalah “The Incurable Indonesian Wound” (Luka Indonesia yang tidak kunjung sembuh) dalam jurnal Com. Vet 4:1. Ungkapan tersebut ternyata masih berlaku sampai kini.

Dari data yang dimiliki oleh Dr.dr. Umar Zein, 1957-2003 dilaporkan hasil dari 86.000 kasus gigitan tersangka rabies (rata-rata 12.400 kasus pertahun) dan yang terbukti rabies 538 orang (rata-rata 76 kasus pertahun). Di Medan sendiri sepanjang tahun 2007, ditemukan lebih dari 60 kasus gigitian anjing yang tersangka rabies. Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2006 – 2008 tercatat sebanyak 18.945 kasus gigitan hewan penular rabies, diantaranya 13.175 kasus mendapat vaksin anti rabies dan 122 orang positif rabies (angka kematian 100%). Pada November 2008, provinsi Bali yang semula bebas rabies dilaporkan terjadi kematian karena rabies di Kabupaten Badongng. Kasus kemudian menyebar ke kabupaten lainnya. Sampai Oktober 2009 telah dilaporkan 10.911 kasus gigitan yang mendapat VAR, dan sebanyak 15 orang meninggal dengan gejala klinis rabies yang berasal dari Kabupaten Badongng dan Tabanan. Dari hasil pemeriksaan laboratorium BB Veteriner Denpasar ditemukan 37 spesimen positif rabies dari keseluruhan jumlah kasus tersebut.

Pencegahan dan penanggulangan rabies telah dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama 3 Direktorat Jenderal (PUM/ Kementerian Dalam Negeri, PP & PL/ Kementerian Kesehatan, Peternakan/ Kementerian Pertanian). Yang telah diperbaharui pada tahun 1997, dengan tugas pokok masing-masing :

1. Ditjen PUM (Pemerintahan Umum) yang menyangkut penggerakan birokrasi (sebagai koordinator),

2. Ditjen Peternakan yang menyangkut hewan,

3. Ditjen PP & PL yang menyangkut manusia.

Ketiga Ditjen tersebut bekerjasama dalam wadah Tim Koordinasi (TIKOR) Rabies.

A. T U J U A N

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran epidemiologi penyakit rabies dan faktor risikonya di propinsi Sulawesi Utara.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran epidemiologi Penyakit Rabies dan faktor risikonya di Kota Manado, Kabupaten Minahasa, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung, dan Kabupaten Minahasa Selatan Propinsi Sulawesi Utara.

2. Untuk mengetahui cakupan vaksin rabies di Kota Manado, Kabupaten Minahasa, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung, dan Kabupaten Minahasa Selatan Propinsi Sulawesi Utara.

B. TINJAUAN TEORI

Penyakit rabies atau yang populer disebut penyakit anjing gila ini adalah penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Virus ini tak hanya menyerang hewan berdarah panas, tetapi juga manusia.

Kata rabies berasal dari bahasa Sansekerta kuno rabhas yang artinya melakukan kekerasan/ kejahatan. Dalam bahasa Yunani, rabies di sebut Lyssa atau Lytan yang artinya kegilaan. Dalam bahasa Jerman, rabies di sebut tollwut yang berasal dari bahasa Indojerman Dhvar yang artinya merusak dan wut artinya marah . Dalam bahasa Prancis, rabies disebut rage berasal dari kata benda robere yang artinya menjadi gila.

Rabies di sebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas negatif RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan sebagai perantara penularan spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak geografis . Hewan-hewan yang di ketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphilis memphilis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi.

Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melaui saraf ke jaringan non saraf, misalny kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ganas ataupun rabies jinak/tenang. Pada rabies buas /ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukan kegalakan .

Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka terekspos udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua kasus rabies terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang mneghirup udara di mana ada jutaan kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara karena tidak ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.

Manifestasi Klinis

Gejala rabies biasanya mulai timbul dalam waktu 30 – 50 hari setelah terinfeksi. Masa inkubasi virus hingga munculnya penyakit adalah 10 – 14 hari pada anjing tetapi bisa mencapai 9 bulan pada manusia. Bila disebabkan oleh gigitan anjing, luka yang memiliki risiko tinggi menjadi rabies meliputi infeksi pada mukosa, luka di atas daerah bahu (kepala, muka, leher), luka pada jari tangan atau jari kaki, luka pada kelamin, luka yang lebar atau dalam dan luka yang banyak. Sedangkan luka dengan risiko rendah meliputi jilatan pada kulit yang luka, garukan atau lecet, serta luka kecil di sekitar tangan, badan dan kaki. Gejala sakit yang dialami seseorang yang terinfeksi rabies meliputi 4 stadium :

1. Stadium prodormal

Dalam stadium ini sakit yang timbul pada penderita tidak khas, menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan yang menuju taraf anoreksia, pusing dan pening (nausea) dan lain sebagainya.

2. Stadium sensoris Dalam stadium ini penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air liur (hipersalivasi), dilatasi pupil, hiperhidrosis, hiperlakrimasi.

3. Stadium eksitasi

Pada stadium ini penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang setiap ada rangsangan dari luar sehimgga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan pada air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang terjadi pada penderita rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa saat berusaha menelan air.

4. Stadium paralitik

Setelah melalui ketiga stadium di atas, penderita memasuki stadium paralitik di mana terlihat tanda-tanda kelumpuhan dimulai dari bagian atas tubuh ke bawah yang progresif.

Namun demikian stadium-stadium di atas sulit dibedakan, karena duration of illness sangat singkat. Gelaja yang mungkin tampak jelas umumnya : nyeri pada bekas luka gigitan, hydrofobia, aerofobia, fotofobia dan takut suara keras. Sedangkan pada hewan yang terinfeksi, gejala yang tampak adalah dari jinak menjadi ganas, hewan-hewan peliharaan menjadi liar dan lupa jalan pulang serta ekor dilengkungkan di bawah perut.

Diagnosis

Jika seseorang digigit hewan, maka hewan yang menggigit harus diawasi. Satu-satunya uji yang menghasilkan keakuratan 100% terhadap adanya virus rabies adalah dengan uji antibody fluoresensi langsung (direct fluorescent antibody test/dFAT) pada jaringan otak hewan yang terinfeksi. UJi ini telah digunakan lebih dari 40 tahun dan dijadikan standar dalam diagnosis rabies. Prinsipnya adalah ikatan antara antigen rabies dan antibody spesifik yang telah dilabel dengan senyawa fluoresens yang akan berpendar sehingga memudahkan deteksi. Namun kelemahan uji ini adalah subyek uji harus disuntik mati dulu (euthanasia) sehingga tidak dapat digunakan pada manusia. Akan tetapi uji serupa tetap dilakukan menggunakan serum, cairan sumsum tulang belakang, atau air liur penderita walaupun tidak memberikan keakuratan 100%. Selain itu, diagnosis juga dapat dilakukan dengan biopsy kulit leher atau sel epitel kornea mata walaupun hasilnya tidak terlalu tepat sehingga nantinya akan dilakukan kembali post mortem diagnosis setelah hewan atau manusia yang terinfeksi meninggal.

Penanganan kasus gigitan hewan rabies/tersangka rabies

1. Semua kasus gigitan HPR (anjing, kucing, kera dan sebagainya) harus segera dilakukan pencucian luka gigitan dengan sabun/deterjen selama 10-15 menit, di bawah air mengalir. Luka robek akibat gigitan hewan tersangka rabies tidak dibenarkan dijahit, kecuali keadaan memaksa, dapat dilakukan jahitan sementara.

2. Bila kasus gigitan tersebut cukup membahayakan dan memerlukan penanganan yang intensif segera dirujuk ke rumah sakit terdekat atau rumah sakit yang ditunjuk sebagai Rabies Center.

3. Vaksin dan serum yang dipergunakan.

a. Pengadaan vaksin dan serum anti rabies

Pengadaan vaksin dan serum anti rabies disediakan setiap tahun anggaran oleh pusat dan propinsi sebagai persediaan bila terjadi KLB (buffer stock).

Namun demikian pemerintah Kabupaten/Kota harus menyediakan VAR/SAR sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anggarannya. Vaksin yang dipergunakan adalah Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV).

Serum anti rabies yang dipergunakan adalah serum homolog (berasal dari serum manusia) atau serum heterolog (berasal dari serum kuda).

Vaksin dan serum tersebut disediakan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah serta diberikan secara Cuma-Cuma kepada masyarakat sesuai dengan indikasi.

Apabila persediaan VAR dan SAR di daerah terjadi kekurangan /kekosongan, maka melalui dinas kesehatan propinsi dapat mengajukan permintaan VAR dan SAR ke Pusat (cq. Ditjen PP & PL Kemenkes), dengan melampirkan laporan situasi baik kasus gigitan dan stock logistic VAR & SAR.

b. Pengelolaan vaksin dan serum anti rabies

Mengingat bahwa penggunaan vaksin/serum anti rabies juga mengandung risiko, maka perlu dilakukan pengawasan/pengelolaan secara baik oleh petugas yang telah dilatih. Beberapa hal yang perlu dicatat dalam pengawasan penyimpanan, distribusi dan penggunaan VAR/SAR antara lain :

· Tipe dan nomor batch

· Tanggal kadaluarsa

· Jumlah persediaan VAR/SAR sebelumnya

· Cara penyimpanan VAR/SAR ( disimpan pada kamar dingin atau lemari es dengan suhu 2-8°C)

· Distribusi VAR/SAR (jumlah dan tujuan)

4. Cara pemberian pengobatan Pasteur

a. Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR)

Diberikan pada kasus-kasus gigitan hewan rabies/penular rabies bilamana luka gigitan di atas bahu, daerah yang banyak persarafannya ( ujung jari, genitalia, dsb) dan pada luka yang banyak dan dalam.

· Dosis Serum Anti Rabies (SAR)

Dosis SAR (homolog) yang diberikan adalah 20 IU/kgBB atau 0,1 ml/kgBB, sedangkan dosis SAR (heterolog) yang diberikan adalah 40 IU/kgBB. Dosis ini berlaku untuk semua golongan umur, sebagian diinfiltrasikan sekitar luka gigitan dan sisi luka, sebagian diberikan secara intramuscular (biasanya di otot pantat atau paha).

Karena pemberian SAR ini kadang-kadang dapat menimbulkan anaphylaktic shock dan serumsickness maka pemberiannya harus didahului dengan skin test.

· Dosis Vaksin Anti Rabies (VAR)

Dosis VAR ysng direkomendasi adalah 0,5 ml setiap penyuntikan.

Pemberian VAR pada manusia yang tergigit hewan tersangka/rabies, digunakan dengan metode 2-1-1 yaitu 2 dosis pada hari ke 0, (pada region deltoideus kiri & kanan), 1 dosis hari ke 7 dan 1 dosis hari ke 21 secara intra muscular (IM).

Untuk anak <>

Untuk orang hamil perlu dipertimbangkan manfaat kegunaannya dan risikonya. Bila indikasi dan faktor risiko tertular rabies kuat, maka dapat dilakukan pemberian VAR. Namun jika indikasi dan faktor risiko lemah, sebaiknya cukup dengan perawatan luka gigitan.

b. Pencatatan

Di dalam pemberian pengobatan Pasteur harus dilakukan pencatatan pengobatan sesuai kartu pencatatan

c. Tindakan setelah pengobatan Pasteur

Kepada mereka yang memperoleh pengobatan Pasteur diberikan kartu pengobatan .

Apabila dalam kurun waktu 6 bulan setelah mendapat suntikan terakhir, timbul gejala sakit kepala yang terus menerus, kaku kuduk, dll, maka orang tersebut harus segera melapor ke Puskesmas / Rumah Sakit / Rabies Center, untuk mendapat pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.

How Are U People



After so Long-Long Time,....

Nanya kabar tentunya adalah salah satu bentuk perhatian yg luar biasa terhadap orang lain. berharap semuanya berada dalam kondisi yg "perfect" soalnya kesehatan adalah anugerah yg luar biasa dari Tuhan yg harus dijaga dan diperhatikan. Sayangnya penulis sekarang dalam kondisi yg kurang maksimal, so, dalam keadaan like that, kita jdi kelimpungan sendiri soalnya mau kemana-mana susah, mo ngapa2in susah, mau ini mau itu jdi susah dan yg terjadi adalah kesusahannya not only impact myself, actually but berpengaruh jg sama org2 dsekitar kita. Olehnya itu, para pembaca blog-ku


yg terkasih, jangan pernah abaikan segala sesuatunya yang berhubungan dengan kesehatan Anda biar g nyesel di kemudian hari.

And then,......
Keep Healthy, rajin berdoa, berolahraga, positif thin
king dan atur pola makan plus pola hidup Anda mulai dari sekarang,
jangan cuek2 bebek yo,....^^, thank U guys,...